Refleksi 10 Tahun Laudato Si

Refleksi 10 Tahun Laudato Si’: Merawat Bumi, Merawat Sesama”

Latar Belakang

Sepuluh tahun telah berlalu sejak Paus Fransiskus mengumandangkan seruan profetisnya melalui ensiklik Laudato Si’ (2015), sebuah ajakan mendalam kepada seluruh umat manusia untuk memperbarui relasi dengan alam ciptaan. Ensiklik ini bukan hanya mengingatkan kita akan krisis ekologi global, tetapi juga menyentuh akar-akar spiritual, sosial, ekonomi, dan budaya dari permasalahan lingkungan. Dengan pendekatan “ekologi integral”, Laudato Si’ mengajarkan bahwa merawat bumi tidak dapat dipisahkan dari merawat martabat manusia dan keadilan sosial.

Dalam konteks Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati namun juga rentan terhadap eksploitasi alam, pesan Laudato Si’ menemukan relevansi yang mendalam. Sepuluh tahun terakhir, berbagai komunitas religius, akademisi, organisasi masyarakat sipil, dan praktisi lingkungan telah berupaya menerjemahkan spirit ensiklik ini ke dalam aksi nyata. Mulai dari gerakan pendidikan ekologi, riset akademik tentang etika lingkungan, hingga advokasi kebijakan publik yang berpihak pada keberlanjutan.

Peringatan satu dekade Laudato Si’ menjadi momen penting karena dunia kini berada di titik kritis dalam menghadapi krisis ekologis. Laporan-laporan ilmiah mutakhir mengungkapkan bahwa dampak perubahan iklim, kerusakan keanekaragaman hayati, serta pencemaran lingkungan telah mengancam kelangsungan hidup komunitas rentan secara tidak proporsional. Dalam konteks inilah, pesan Paus Fransiskus dalam Laudato Si’ menjadi sangat mendesak untuk digaungkan kembali sebagai inspirasi moral dan tindakan konkret lintas iman, budaya, dan generasi.

Lebih dari sekadar refleksi spiritual, Laudato Si’ menuntut perubahan paradigma hidup umat manusia: dari model ekonomi yang eksploitatif menuju pola hidup sederhana dan berkeadilan; dari relasi dominasi terhadap alam menuju spiritualitas ekologis yang penuh rasa syukur dan tanggung jawab. Memperingati 10 tahun ensiklik ini bukan sekadar mengenang, tetapi meneguhkan kembali komitmen untuk menjadikan bumi rumah yang layak huni bagi semua makhluk—kini dan nanti.

Penting untuk ditegaskan bahwa Laudato Si’ bukan hanya ditujukan untuk umat Katolik, tetapi untuk seluruh umat manusia—siapa pun yang memiliki kehendak baik untuk membangun dunia yang lebih adil, lestari, dan berbelas kasih. Seruan ini bersifat universal, melampaui batas agama dan keyakinan, dan mengajak setiap pribadi untuk terlibat dalam tanggung jawab kolektif menjaga bumi sebagai warisan bersama.

Untuk itu, Perkumpulan Amerta bermaksud menyelenggarakan Webinar Refleksi 10 Tahun Laudato Si’ ini sebagai ruang dialog, pembelajaran, dan penyegaran komitmen bersama dalam membangun masa depan yang berkelanjutan dan manusiawi.

Tujuan Kegiatan

  1. Merefleksikan dampak dan implementasi Laudato Si’ selama satu dekade di Indonesia.
  2. Menggali praktik-praktik baik dan hambatan dalam mewujudkan ekologi integral.
  3. Mendorong dialog dan kolaborasi lintas sektor demi keberlanjutan lingkungan dan keadilan sosial.

Waktu

Hari/Tanggal   : Sabtu, 31 Mei 2025
Waktu                : Pukul 10.00 – 12.00 WIB
Tempat              : Daring melalui Zoom Meeting (tautan akan disampaikan kemudian)

Output yang Diharapkan

  • Terbitnya refleksi publik atau hasil ringkasan diskusi sebagai dokumen advokasi.
  • Meningkatnya kesadaran ekologis peserta dan komitmen untuk bertindak.
  • Penguatan jaringan antar pelaku dan komunitas yang mengusung nilai-nilai Laudato Si’.

Penutup

Webinar ini diharapkan menjadi ruang kontemplatif sekaligus inspiratif yang menyatukan suara dari berbagai latar belakang untuk bersama-sama memperjuangkan kehidupan yang lebih harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Dengan semangat Laudato Si’, mari kita bangun peradaban kasih yang peduli dan bertanggung jawab terhadap bumi, rumah kita bersama.

Perkumpulan Amerta | CP: Tri Adi Sumbogo | 0812-2760-3872

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here