Brief Note
Edisi 19, 2016
Oleh Riza Primahendra
Pengantar
Dalam perspektif pembangunan, semua upaya untuk menanggulangi kemiskinan hanya akan menjadi efektif bila masyarakat miskin sendiri secara aktif terlibat. Tanpa keterlibatan aktif dalam berbagai bentuk, maka penanggulangan kemiskinan akan menjadi upaya yang sangat tergantung pada intervensi eksternal. Manakala intervensi tersebut berakhir maka masyarakat akan kembali jatuh miskin. Salah satu pendekatan untuk mendorong keterlibatan masyarakat adalah “mobilisasi sosial’.
Mobilisasi social merupakan pendekatan yang meletakkan masyarakat khususnya yang miskin sebagai pusat dan pelaku utama penanggulangan kemiskinan, dan menjadikan pelaku eksternal, seperti pemerintah, LSM, perusahaan, lembaga filantropi, dan sebagainya sebagai fasilitator yang bersifat sementara.
Pengertian Mobilisasi Sosial
“Mobilisasi sosial adalah upaya pemberdayaan masyarakat miskin dan rentan melalui pengembangan kesadaran kritis disertai penguatan kelembagaan yang mendorong masyarakat mempergunakan potensi dan sumber daya mereka untuk mengatasi masalah mereka sendiri”.
Sebagai sebuah metodologi partisipatif, mobilisasi sosial berbagi karakteristik dan alat yang serupa dengan metologi partisipatif yang lain seperti PRA (Participatory Rural Appraisal), PLA (Participatory Learning & Action), PPA (Participatory Poverty Assessment), maupun SEAGA (Socio-Economic and Gender Assessment). Namun demikian beberapa hal yang menjadi karakter khusus dari mobilisasi sosial perlu dimengerti, mereka adalah:
- Paradigma melihat masyarakat miskin dan rentan. Mereka harus dilihat bukan sebagai kelompok yang tidak berdaya dan tidak punya sumber daya, sebaliknya mereka adalah kelompok masyarakat yang terbukti mampu bertahan dalam situasi yang sulit, memiliki pengalaman menghadapi kerentanan dan kemiskinan, serta punya sumber daya.
- Pengagas perubahan bukan dari luar namun dari dalam masyarakat sendiri. Dalam terminologi Gramsci, pelaku perubahan ini adalah para ‘intelektual organik’ (organic intellectuals), yaitu orang-orang lokal yang berdasarkan konteks dimana mereka hidup mampu mengidentifikasi dan merumuskan jalan perubahan.
- Proses perubahan yang utama bukanlah replikasi ‘kisah sukses’ dari luar namun dari pengalaman masyarakat melakukan perubahan. Metode ini sering juga dikenal dengan MSC (Most Significant Change), yaitu menjadikan pengalaman paling signifikan dari masyarakat ketika melakukan perubahan sebagai modal dan model untuk melakukan perubahan di aspek-aspek lain.
- Pengembangan ‘massa kritis’ (Critical Mass) sebagai pendorong mobilisasi social. Massa kritis adalah jumlah orang dalam masyarakat yang terberdayakan sehingga mampu menjadi pemberi pengaruh (influencer) dan pendorong (endorser) bagi warga masyarakat lain sehingga proses perubahan menjadi proses internal didalam masyarakat sendiri.
Download Selengkapnya Brief Note Edisi 19, 2016